Search

Potensi Sawah di Dusun Pancur

Sawah Kemitraan yang terletak di Dusun Pancur Kec Pulau Maya KKU

“Dulu pernah berladang, kita tanam padi kayak daerah-daerah lain, eh malah ladang kite habis digiling babi hutan, sampai kite yang tua-tua ini pun nangis, itu mungkin yang dibilang nangis tue”, ungkap Seni salah satu tokoh masyarakat Dusun Pancur atau dikenal juga sebagai Tanjung Nibung yang masuk wilayah Desa Dusun Kecil, Kecamatan Pulau Maya, kabupaten Kayong Utara (KKU) provinsi Kalimantan Barat. 

Ia menceritakan ini saat kami berkunjung ke dusun pancur yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam dengan menggunakan kapal Kelotok dari Teluk Batang. “Babi hutan disini sungguh luar biase, kadang santai jak die tu berjalan di sekitar kampung, bahkan pernah makan anak kambing warga siang bolong”, ujar salah satu warga lagi. 

Dusun Pancur sendiri kondisi topografinya terdiri dari pesisir, lembah semacam payak, hutan dan bukit. Rumah warga hanya berada di sisi kiri dan kanan mengapit sungai yang terhubung ke dekat muara. Sebagian besar warganya menggantungkan diri dari hasil laut. Di tempat ini adalah salah satu penghasil kerang darah atau dalam Bahasa latin disebut sebagai Anadara granosa. Fasilitas di wilayah ini pun masih sangat sederhana dimana listrik hanya menyala pada malam hari saja, sementara sinyal seluler juga hilang-datang. 
Foto : Suasana Kampung di pagi hari

Pada pertengahan bulan Februari seperti saat ini adalah masa-masa awal musim panen kerang darah. Tak hanya warga dusun Pancur saja, namun warga dari sekitar wilayah seperti Dusun Kecil, Dusun Besar, Batu Ampar dan Teluk Batang juga meramaikan “perburuan” kerang yang menjadi salah satu primadona makanan sea food ini. Kondisi seperti ini dapat berlangsung hingga Juni tergantung situasi.

Selain kerang, warga juga menekuni tangkap kepiting dan udang getah. “Udang Getah ini dijual harus hidup, harganya pun ndak tanggung-tanggung 1 buah grade A dihargai Rp. 60.000,- per ekor, bukan per kilo ya, sementara kerang dihargai Rp. 10.000,- per kg”, ungkap Budi pria yang juga terlibat dalam pemberdayaan warga. Selain udang getah dan kerang, potensi yang lain adalah kepiting dan juga ikan.

Namun bicara ekonomi bukan tanpa kendala, selain ditentukan pasar misalnya terkait pemenuhan grade, permasalahan juga mengancam ketahanan ekonomi warga di saat musim panceklik yang dikenal sebagai musim angin selatan. Ketergantungan warga kepada laut cukup tinggi, sehingga kebutuhan lainnya seperti sayur mayur dipasok dari daerah lain seperti Teluk Batang, belum dapat dicukupi dari hasil budidaya di tempat sendiri. 
Foto : Diskusi di suasana persawahan yang baru dibuka

Foto : Warga yang sedang mencari pakis di sekitar lokasi sawah

Foto : anak-anak yang sedang bermain sambil menunggu orang tuanya mencari pakis

“Ya berawal dari keprihatinan akan hal ini khususnya ketika panceklik tiba, nah aktivitas warga betul-betul berhenti total, maka hal itulah kami meng-inisiasi lahirnya Kelompok Tani Agro Botani Sejahtera (ABS)” ungkap kembali Budi yang juga menjadi salah satu pengurus Koperasi Potonsi Bahari Nusantara (PBNu).

Luasnya lahan tidur yang tak digarap coba dioptimalkan lewat kelompok tani ABS yang didampingi oleh Koperasi PBNu ini. “Tahap awal ini kita mulai dengan pembukaan lahan milik koperasi dengan target 34 hektare, kebetulan Koperasi PBNu dilengkapi dengan peralatan maka kita mulai mengerjakan, setelah dibuka, dibajak, persiapan tanam dan alhamdullilah saat ini masuk fase penanaman, nah kita memang harus mulai dulu dan kasi contoh, mudah-mudahan warga juga nantinya dapat melakukan hal yang sama dengan kemitraan yang dibangun,”, ujar pria yang juga memiliki sawah di kota Sukadana ini. 

Mengingat luas lahan yang besar dan tentu membutuhkan biaya yang cukup besar, maka pihak koperasi PBNu juga menjalin kerja sama dengan KSP. Credit Union Pancur Solidaritas (CUPS). “Jadi diawali dengan kita kedatangan teman-teman dari Koperasi PBNu lalu berdiskusi beberapa kali serta ditindaklanjuti dengan kunjungan lapangan dan pertemuan dengan warga, lalu kita realisasikan dalam bentuk kerja sama kemitraan ini”, ujar K. Chorly yang juga pimpinan CUPS Kantor Cabang Sukadana.

Bertahap namun pasti, saat ini sedang berlangsung secara simultan pembukaan lahan sesuai target yang ditentukan. Sementara di bagian lain tanah yang dibuka telah dibajak serta siap dikondisikan untuk ditanami. Setelah lahan yang dijadikan semacam demplot percontohan jadi, maka pekerjaan berikutnya bergeser ke lahan-lahan milik anggota Kelompok Tani yang merupakan warga asli dari Dusun Pancur. 

“Rasa ndak sabar lihat lahan luas begitu, ingin juga bercocok tanam di darat lagi apalagi saya sudah tua kayak gini, ndah ndak kuat ke laut”, ungkap seorang ibu yang cukup berumur ketika dijumpai sela-sela ia mencari pakis liar di sekitar lokasi sawah. “Saya sering dihampiri beberapa warga, kapan lahan kami di buka, saya bilang jangan khawatir setelah ini kita akan coba buka sesuai arahan dari koperasi”, ungkap Sirajudin salah satu pekerja yang meng-operasikan eksavator disela pengerjaan lahan. 
Foto : Seorang ibu tua yang mengungkapkan tak sabar beraktivitas di darat (bersawah)

“Setelah melihat ini, warga begitu antusias, dan mudah-mudahan dengan kolaborasi seperti yang kita lakukan saat ini ke depan warga juga memiliki opsi atau pilihan juga selain mencari nafkah di laut juga dapat dilakukan di darat juga dengan bercocok tanam seperti sawah yang sedang dikerjakan ini, dan kita sering pertemuan membahas langkah-langkah ke depan, maka kami butuh dukungan dari semua warga dan tentunya mitra kita yakni CUPS, dan tak lupa juga dukungan dari pemerintah daerah serta pusat sangat terus kita butuhkan”, ungkap Budi kembali. 

Seni yang juga dikenal sebagai dukun di kampung Tanjung Nibung mengaku masyarakat sangat mendukung apa yang sedang dirintis saat ini. “Saye bilang kite maju jak same-same, kite mau bangun kampung usah ragu, jadi warga juga akan sangat terbantu, bersyukur ndak beli beras lagi ke depan, disini Rp. 15.000 beras sekilo, belum lagi panceklik angin selatan, memang drop benar ekonomi warga, dengan begini tentu ada pilihan yang penting komitmen kite same-same”, timpalnya penuh semangat dengan logat Melayu yang kental. 

CUPS sendiri sebagai sebuah lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan mengaku mendukung program sawah kemitraan ini. “Menciptakan opsi untuk peningkatan ekonomi warga dimana kita juga bersama-sama me-mitigasi permasalahan yang ada, lalu melihat potensi serta komitmen dan kesungguhan bersama, tentu ini sejalan dengan nilai-nilai yang kita bangun, semoga kolaborasi ini akan membuahkan hasil yang terbaik bagi warga dan anggota kita disini, kami CUPS dan Koperasi PBNu serta anggota akan terus bersinergi”, ungkap Ridwan yang juga Manajer CUPS saat berkunjung ke Dusun Pancur. 
Foto : Sawah yang baru di buka

Kolaborasi dan kemitraan yang dibangun bersama di wilayah Dusun Pancur ini harus menjadi ikhtiar bersama-sama dari semua elemen khususnya juga dukungan pemerintah dan pihak terkait. Bagaimana dengan pendampingan, irigasi, mekanisasi pertanian, panen dan pasca panen serta penanggulangan hama dan penyakit menjadi bagian yang harus juga mendapatkan perhatian. Semoga api nyala pemberdayaan ini tetap terjaga dan dapat menjadi “penerang” bagi masyarakat di Dusun Pancur khususnya. (Irwin-JWKS)

0 Komentar