Search

Berdayakan Ecoprint di Desa Simpang Tiga Sembelangaan

 

Foto : Peserta Pelatihan EcoprintBberfoto Bersama

“Berharap saja besok tidak hujan, hari ini hujannya full”, ujar Riky kepada rekannya Silvi sehari sebelum kegiatan. Hari itu memang hujan deras turun di wilayah Ketapang walaupun seharusnya sudah masuk ke musim kemarau. Namun anomali cuaca berkata lain, dimana akhir-akhir ini menjadi sulit diduga dan tentu ini berpengaruh langsung bagi warga, khususnya yang masih bercocok tanam secara tradisional dimana pada bulan Agustus menjadi masa persiapan tanam.

Sabtu, 14 Agustus 2022 pun Riky dkk menuju tempat kegiatan yakni di Air Terjun Batu Hitam Sumber Priangan yang terletak di desa Simpang Tiga Sembelangaan yang dapat ditempuh 2 jam dari kota Ketapang. Kegiatan yang dimaksud adalah pelatihan ecoprint bagi warga di sekitar lokasi air terjun.

Kegiatan ini sendiri diinisiasi oleh CUPS sebuah lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan bekerja sama dengan Deara Ecoprint. “Kami melihat potensi wisata ini bisa didukung dengan ketrampilan warga untuk menghasilkan produk-produk dari alam yang memiliki nilai ekonomis dan konservasi”, ujar Silvi yang menjadi coordinator dari kegiatan tersebut.

Foto : kegiatan dilakukan di Air Terjun Batu Hitam

Sementara itu Chatarina Kusuma Wardhani mengaku ingin berbagi ilmu dengan warga sebagai bagian dari kecintaannya terhadap produk ecoprint dan lingkungan. “Kita bersyukur alam menyediakan banyak warna bagi kita lewat tanaman-tanaman, seperti yang ada di wilayah ini, nah mengapa tidak ini kita kemas menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomis bagi warga dan sekaligus menjadi bagian konservasi dimana kita peduli melestarikan tanaman yang ada”, ujar wanita yang berasal dari Solo ini.

Ecoprint sendiri adalah merujuk pada tehnik memberi pola pada bahan atau kain menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, batang atau bagian tumbuhan lain yang menghasilkan pigmen warna. Biasanya pola ini dibentuk pada kain berbahan serat alami dengan menggunakan dua metode yakni kukus (steam) maupun dipukul-pukul (pounding).

Kegiatan yang diikuti oleh mayoritas kaum wanita ini berjalan dengan hangat. Mereka banyak bertanya dan tertarik meng-eplorasi tanaman-tanaman yang ada. Saat yang ditunggu pun tiba, yakni ketika hasil kukusan dari material dibuka. Terlihat corak-corak warna menarik dari tanaman yang tergambar pada pashmina, totebag dan kain blacu yang digunakan sebagai media.

“Wah cantik ya, ini kalau dijual pasti harganya bagus”, celetuk salah satu peserta.

“Nah ini ibu-ibu bisa dicoba sendiri nantinya, kita harus yakin dari daerah kita bisa terlahir produk-produk cantik alami, sehingga wisata kita yang cantik ini bisa didukung juga oleh produk warganya”, pungkas Catharina kembali. (Reg-JWKS)

 

 

0 Komentar