Search

Jiwa Entrepreneur Madyani, Si Peraih Ikan Asin

Foto : Madyani  

“Dulu tahun 2013, meraih ikan asin dari Sungai Nanjung lalu dibawa ke Air Upas, kita taulah masyarakat kita khususnya sangat butuh ikan asin, lalu tambah kelapa tua lagi”, ujar seorang bapak sambil sesekali menghisap rokoknya. “Eh pulang balik-pulang balik, lalu dapatlah istri orang Sungai Rasak, lalu tinggallah di Sungai Rasak hingga kini”, ujarnya tergelak mengenang perjalanan hidupnya dengan Bahasa Melayu Ketapang, Kalimantan Barat.

Madyani, begitulah nama pria paruh baya itu. Jiwa entrepreneur-nya tumbuh dan berkembang karena situasi dan keadaan. “Ekonomi dulu sulit ya, jadi lihat apa yang bisa dijadikan penghasilan, terpikirkan oleh saya di pedalaman itu tidak ada ikan asin laut dan kelapa, sementara saya tinggal di pesisir yang semuanya itu berlimpah, jadilah saya seorang peraih ikan asin dan kelapa”, ungkap Pria asli Sungai nanjung ini.

Setiap hari Madyani harus menempuh perjalanan kurang lebih 120 kilo meter dari Desa Sunga Nanjung Kecamatan Kendawangan ke Kecamatan Air Upas dan Kecamatan Manis Mata Kabupaten Ketapang. Dari usahanya itu ia bisa mendapatkan penghasilan perhari bersihnya sekitar Rp70.000,- hingga Rp100.000,-.

Dalam perjalanannya ia mendapatkan jodoh hingga berdiam di Dusun Sungai Rasak, Manismata. Tidak sengaja suatu ketika ia mengikuti sosialisasi KSP. CU. Pancur Solidaritas (CUPS) KC. Air Upas di dusun Sungai Rasak, singkat kata ia-pun bergabung menjadi anggota.

Berjalan tiga bulan menjadi anggota, beliau mengajukan pinjaman untuk usaha membeli karet, jual gorengan dan es di Dusun Sungai Rasak. Melewati proses konsultasi kredit, pengajuan pinjamannya disetujui oleh CUPS. “Awal saya pinjam 10 juta lalu saya angsur 10 bulan selesai, kuncinya disiplin, lalu saya coba ajukan pinjaman kedua 30 juta ke CUPS, Alhamdullilah disetujui juga”, tutur Madyani kembali.

Dari tekad yang kuat diiringi perencanaan serta doa, usahanya berjalan lancar, terbukti rejeki langit lewat burung wallet dari rumah wallet ukuran 4 x 8 meter persegi hasil pinjaman di CUPS, mampu memenuhi kewajiban angsurannya setiap bulan.

Alhasil pinjaman itu pun lunas selama kurang lebih dua tahun. Berikutnya pada tahun 2015 dan 2020 ia mengajukan pinjaman untuk pembangunan rumah wallet. Hingga kini ia memiliki rumah walet sebanyak 3 buah.

Dari hasil usaha rumah wallet itu Madyani juga menginvestasikan ke kebun sawit sebanyak 5 kapling, membangun rumah tinggal dan membeli sejumlah kendaraan. Saat ini dari usaha rumah waletnya bisa menghasilkan 4 kg sarang wallet per bulannya.

“Kunci berusaha bagi saya itu niat yang kuat, disiplin kalo ada pinjaman karena nama baik itu tiada duanya, dapat hasil sedikit, sisihkan dulu ditabung dan bayar CU sisanya untuk hari-hari, pas ada peluang manfaatkan pinjaman di CU, dan yang paling penting juga kita harus kompak suami-istri dan keluarga”, pungkasnya menyebutkan kiat-kiatnya dalam berusaha.

Demikianlah kisah si peraih ikan asin yang inspiratif ini yakni Madyani yang dapat menjadi teladan bagi anggota yang lain. Tak salah, walaupun ia bukan asli Sungai Rasak, saat ini ia dipercaya sebagai Kepala Dusun. (Tanti dan Widi)

artikel ini merupakan tulisan peserta pelatihan menulis yang dipandu Koordinator JWKS

 

 

0 Komentar