Foto : Ibu Ida Saparida bersama para pengrajin produk kerajinan berbahan baku tanaman pandan wangi |
Jeglag-jegleg bunyi mesin jahit seolah beradu satu dengan yang lain. Beberapa ibu terlihat sedang mengerjakan pola tertentu dipandu oleh seorang ibu. Sesekali si ibu yang memandu memberikan arahan sambil menunjuk pola yang dikerjakan para ibu.
Nama
ibu itu Ida Saparida. Ia sendiri adalah ketua pengrajin Program Mata Pencaharian Berkelanjutan yang tinggal di
sebuah desa terpencil di Kabupaten Kayong Utara, sebuah daerah di zona
penyangga Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat.
Bersama ibu-ibu lainnya ia memanfaatkan bahan Pandanus amaryllifolius atau biasa
dikenal sebagai tanaman pandan wangi menjadi beberapa kerajinan menarik.
“Pandan kan masih banyak di sini jadi kita manfaatkan buat tikar, tanjak,
tempat tisu dan kerajinan lainnya”, ungkap peraih pahlawan konservasi Disney Conservation Fund (DCF) 2019.
“Ibu Ida ini menjadi penggerak para ibu disini,
dimana mereka memproduksi kerajinan berbahan baku sumber daya alam yang berkelanjutan,
selain itu ia juga melatih ibu-ibu disini menjahit seperti pelatihan menjahit
kali ini”, ungkap Salmah dari Yayasan Palung yang selama ini bermitra dan
mendampingi ibu Ida dan teman-temanya.
Rumah ibu Ida sendiri menjadi tempat workshop dan display hasil kerajinan yang telah
dibuat ibu-ibu setempat. Ada etalase yang memajang tas wanita berbahan pandan,
ada pula tempat tisu dan air mineral. Di sudut lain ada kerajianan tempat
hantaran khas budaya Melayu yang masih digunakan masyarakat hingga saat ini.
“Kami membuat kerajinan kekinian namun juga mengakomodir budaya
dan kearifan local dari masyarakat yang ada, hal ini membuat upaya pelestarian
alam, social dan budaya menjadi sebuah hal yang dapat dilakukan beriringan”,
ujar ibu Ida.
Foto: Beberapa produk berbahan tanaman pandan wangi |
Selain di kampung mereka, ibu Ida dan teman-temannya juga sharring pengetahuan menganyam bersama ibu-ibu di kampung lainnya. “Kami juga belajar bersama dengan komunitas-komunitas di kampung lain, kita disana bisa sharring ketrampilan dari pembuatan produk yang digunakan oleh masyarakat setempat”, ungkapnya kembali.
Mengenai pemasaran sendiri ibu Ida dan rekan-rekannya bermitra
baik dengan pemerintah, NGO dan pihak lainnya. Salah satu lembaga yang
memanfaatkan hasil kerajinan ini adalah lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan
CU Pancur Solidaritas. “Kita gunakan kerajinan dari ibu Ida dkk sebagai door
prize bagi anggota kita, hal ini sekaligus sebagai upaya mengenalkan dan membantu
memasarkan hasil kerajinan mereka, dan di kantor kita pun juga menjual produk
mereka”, ungkap Ricky yang juga staf pemasaran CUPS.
Sinergisitas untuk mendukung ekonomi kreatif yang dihasilkan
para perempuan ini tentu harus terus digalakkan. Dukungan pada mereka tentu
juga menjadi bagian support untuk
upaya pelestarian alam khususnya hutan yang menjadi penyedia bahan baku bagi
usaha kerajinan ini. Inisiatif dan partisipasi masyarakat lewat komunitas
perempuan ini menunjukkan geliat mereka untuk berdaya dengan memegang teguh
pelestarian alam serta kearifan lokal. (Reg-JWKS)
0 Komentar