Search

Desa Gema Laksanakan Adat Bejujokng

 

Alexander Wilyo, S.STP.,M.Si Sekda Ketapang yang Hadiri Acara Bejujokng di Desa Gema

Dentuman irama alu yang menumbuk buliran padi muda di dalam lesung menimbulkan nada unik tersendiri. Apalagi tidak hanya 1 lesung saja yang digunakan oleh beberapa warga yang bergotong royong dibawah sebuah tenda terpal sederhana. Tangan-tangan beberapa pria bergantian menumbukkan alunya ke dalam lesung dengan kecepatan statis.

Di sudut lain para ibu terlihat menggoseng padi muda sebagai salah satu tahapan pembuatan omping padi, sebuah jenis makanan yang sangat ditunggu-tunggu dalam sebuah ritual adat dimana masyarakat adat mengawali masa panen padi.

“Kita gotong royong, untuk mempersiapkan acara adat yang akan dihadiri Sekda Ketapang besok”, ujar Marta salah satu ibu yang ada di sekitar tempat itu.

Persiapan warga sebelum pelaksanaan acara Bejujokng 


Nama tempat itu Desa Gemma, Dusun Gerai Kecamatan Simpang Dua, Kabupaten Ketapang. Benar saja keesokan harinya yakni Kamis, 17 Maret 2022 dilaksanakanlah acara Adat Bejujokng atau Syukuran atas datangnya Musim Panen Padi.

Acara adat itu sendiri dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Ketapang Alexander Wilyo, S.STP.,M.Si beserta rombongan serta dihadiri tokoh dari masyarakat dan adat. “Kita sangat mengapresiasi acara adat Bejujokng ini dapat dilaksanakan dan tentu hal ini mesti kita lestarikan”, ujarnya dalam sambutan acara adat ini.



Adat Bejujokng atau Ngamaru sendiri merupakan adat permulaan yang dilakukan sebelum pesta panen padi dimulai. Bejujokng sendiri berasal dari bahasa masyarakat Gore Mantok, sebuah sebutan khusus masyarakat Gerai atau Gema. Sementara itu Ngamaru adalah penyebutan bagi masyarakat Simpang dan Kualan.

Sebelum kegiatan ini dilaksanakan biasanya dilakukan urunan atau partisipasi yang dalam Bahasa Gerai disebut sebagai cupuwe. Hal ini bertujuan sebagai bentuk partisipasi bersama untuk meringankan pelaksanaan acara ini.

Persiapan warga sebelum pelaksanaan acara Bejujokng 

Bejujokng merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat adat Dayak Desa Gema yang merujuk sebagai ungkapan syukur pada Sang Pencipta karena berkah panen padi bagi warga.

“Pemerintah sangat mendukung upaya pelestarian adat dan budaya, salah satunya adat Bejujokng ini, maka kita juga telah mengusulkan dan sebagian sudah kita tetapkan, bahwa untuk pusat pengembangan budaya dan adat tradisi Kecamatan Simpang Dua ini nanti akan dipusatkan di Desa Gema", pungkas Sekda kembali.

Masyarakat Desa Gema sangat menyambut positif kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mendukung dan melestarikan budaya serta kearifan lokal ini. Tentu dukungan ini menjadi motivasi kuat bagi warga untuk tetap mempertahankan salah satu ritual adat yakni Bejujokng di tengah gempuran modernisasi. (Der-JWKS)

 

0 Komentar