Search

Hasil Survei: Pandemi Menjadi Salah Satu Penyebab Turunnya Animo Kaum Muda Dalam Pilkada 2020

Jajak Pendapat Harapan dan Persepsi Anak Muda terhadap Pilkada

Berdasarkan hasil survey yang diselenggarakan oleh Warga Muda, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Campaign.com, Golongan Hutan dan Change.org Indonesia  mengenai kaum muda dan pilkada 2020 ditemukan hasil kurang antusiasnya kaum muda dalam pilkada yang akan dilaksanakan serentak pada 9 Desember mendatang. Survei ini sendiri  dilakukan selama satu bulan mulai dari 12 Oktober hingga 10 November 2020 dan dilakukan secara online dengan 9.087 responden di 34 provinsi.

“Mayoritas responden survei yaitu 82 persen adalah anak muda di rentang usia 17-30 tahun yang merupakan warga muda aktif pengguna media sosial dimana data KPU pada Pemilu 2019 menunjukkan pemilih muda usia 17-30 tahun mencapai 60 juta orang atau sekitar 31 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019”, ungkap peneliti Perludem Maharddhika dalam paparan hasil survei atau jajak pendapat “Harapan dan Persepsi Anak Muda Terhadap Pilkada 2020” di Jakarta, Selasa (24/11/2020).

Beberapa yang menjadi alasan anak muda kurang antusias menyambut Pilkada antara lain adanya pandemik covid 19 yang terlalu beresiko (44%), ada tidaknya Pilkada dianggap tidak dapat membawa perubahan bagi kaum muda (34%), tidak ada kandidat yang bagus (11%), merasa masal ikut Pilkada (4%) dan berada di luar daerha tau sedang bekerja saat pencoblosan  (2%).

Sementara itu sebanyak 41% anak muda usia 17-30 tahun mendukung pelaksanaan Pilkada serentak 2020, meskipun terjadi pandemi Covid-19. Mereka berpandangan Pilkada harus dilanjutkan dengan syarat menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

“Ada dua kubu terkait respon anak muda dan Pilkada 2020, mayoritas dari mereka menganggap Pilkada harus lanjut dengan protokol kesehatan yang ketat (41%) dan sebagian lagi menunda Pilkada karena masih pandemi Covid-19 untuk mengurangi potensi terinfeksi Covid-19 (37%),” ujar Maharddhika kembali.

Meski mayoritas mendukung Pilkada tetap dilanjutkan, namun hasil survei menunjukkan 70% dari kaum muda berpendapat pelaksanaan Pilkada di tengah pandemi Covid 19 akan mempengaruhi kualitas Pilkada, sementara hanya 16% yang menyebut Covid-19 tidak berpengaruh terhadap kualitas Pilkada 2020.

Dia menyebut hasil survei menemukan meski mayoritas anak muda (usia 17-30 tahun) mengetahui adanya Pilkada di daerahnya. Namun mereka tidak mengetahui dan tidak yakin mengenai calon-calon kepala daerahnya. Mayoritas dari mereka juga tidak mengetahui dan tidak yakin dengan rekam jejak dari calon kepala daerah di daerahnya.

Sementara itu, Direktur Kerja Sama Change.org Indonesia Desma Murni mengungkapkan calon kepala daerah yang ikut pilkada mestinya dapat merangkul anak muda. Kaum muda hendaknya bukan cuma dipandang sebagai konstituen atau target pengumpulan suara tiap lima tahun sekali, tapi juga mendengarkan suara dan melibatkan mereka sebagai mitra untuk membangun daerahnya.

“Hasil survey menunjukkan ada 4 dari 5 responden berpendapat penting bagi anak muda untuk ikut memilih dan mengawal pemerintahan setelah pilkada, termasuk mengawasi kepala daerah terpilih agar memenuhi janji-janji kampanyenya,” tegas Desma.

Dalam survey ini sendiri Perludem mengungkapkan keantusiasan dari partisipasi responden kaum muda. “Tingginya partisipasi responden usia muda dalam menyuarakan kepeduliannya terkait pemilihan kepala daerah pada survei ini menjadi sebuah indikasi positif partisipasi politik mereka. Namun tentunya aspirasi tersebut perlu didengar dan ditindaklanjuti oleh para pemegang kebijakan di daerahnya,” pungkas Maharddhika.

Terkait dengan Pilkada Ketapang sendiri seperti yang terlihat dalam debat kandidat pada Sabtu 31 Oktober 2020 yang lalu, kaum muda sangat minim dibahas oleh para kandidat. Tentu dimasa kampanye yang tersisa sangat penting bagi tiap paslon untuk menyasar kaum muda dengan visi dan misi yang mengakomodir aspirasi kaum muda serta pastinya bagi siapa pun yang terpilih harus dapat mewujudkan apa yang menjadi harapan kaum muda.

Dari hasil survey ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara dan paslon untuk menggaet partisipasi khususnya kaum muda untuk menyalurkan hak pilihnya pada 09 Desember mendatang. Tentu pelaksanaan pilkada dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat menjadi bagian solusi untuk menjawab kekhawatiran mereka yang terangkum dalam survey tersebut.

Tim JWKS (dari liputan secara online lewat youtube.com/changeorgid, Selasa 24 Oktober 2020)

0 Komentar