Search

Refleksi Atas Pengalaman LIVE IN di Seminari St. Laurensius Ketapang

Foto : Michael Lipo, saat bertugas menjadi MC dalam acara budaya Gawai Dayak
 Refleksi Atas Pengalaman LIVE IN di Seminari St. Laurensius Ketapang
(Oleh:  Mikael Lipo)
--------------------
Panggilan menjadi Imam (Pastor) kapan saja dan dapat datang kepada siapa saja termasuk saya yg masih beratatus sebagai Pegawai Negeri dan Guru SMA. Sebenarnya niat menjadi Pastor sudah ada sejak kecil namun lika liku hidup masih mengarahkan saya pada jalan yang lain dalam mengarungi hidup. Pahit manis asam garam hidup sudah cukup saya rasakan, hingga di usia dewasa, kembali menyadari "Panggilan" tersebut melalui serentetan Puzle-puzle peristiwa di mana disitu Tuhan menyentuh hidup saya untuk merangkainya menjadi jalan panggilan.

Kini, dengan pergolakan batin yang luar biasa, di mana saya harus memilih 2 jalan hidup yang berbeda, meninggalan pekerjaan/karier, kemapanan dan kesenangan duniawi yang tentunya banyak orang2 inginkan, namun hal itu harus saya lepaskan ketika nanti saya "Menjawab Panggilan"tersebut dan mengikuti Yesus.

Pro Kontra pasti akan ada. Berbagai rintangan dan kendala terjadi ketika saya berusaha menjawab panggilan tersebut. Untuk itulah Bapa Uskup berusaha agar saya mampu meyakinkan diri, dan meminta Romo Budi, dibantu oleh Romo Frans dan Frater Kartono di Seminari St. Laurensius Ketapang untuk membimbing saya dalam memantapkan diri. Selama 2 hari Live In di sana sungguh2 saya jalani dengan sukacita.

Hidup dalam komunitas bersama para Seminaris Menengah di masa Pandemi Covid 19, di mana semua aktivitas kami lakukan di dalam lingkungan Seminari, seperti berdoa (ibadat dan misa) yang dilakukan dengan 3 bahasa yaitu bahasa Indonesia, Inggris dan Latin,  olah raga, kerja bakti, rekreasi, literasi dan kegiatan lainnya kami lakukan bersama-sama.

Belajar via online juga dilakukan karena pandemi covid 19 belum usai. Kekompakan dan kerjasama yang Solid, keseruan di sana membuat 2 hari itu berlalu sangat cepat. 2 hari serasa 2 jam saja  karena saya sungguh2 menikmati setiap moment (enjoy the present moment). 

Para seminaris  sungguh baik2, mereka mau membantu saya dalam menghayati doa-doa serta mau dengan rendah hati  menerima saya sehingga saya merasa nyaman dan betah.

Kebersatuan hidup dalam komunitas Seminari Ketapang ini banyak mengajarkan kehidupan untuk saya, sehingga saya merasa semakin mantap untuk menjawab panggilan di masa Minggu Panggilan ini. Semoga akan makin banyak calon2 seminaris baru yang akan masuk, di sini enak. Kita juga diajarkan hidup sehat.

 Jangan takut, mari masuk dan bergabung bersama kami di SEMINARI Menengah Keuskupan Ketapang. Jawablah panggilan Tuhan dan jadilah Gembala serta garam bagi sesama. Enjoy The Present Momen adalah kunci kegelisahan saya sehingga saya sungguh-sungguh dapat menikmati hidup saya. Saya bersyukur dapat menjawabnya tepat di Minggu Panggilan . Saya juga terus berdoa, agar langkah ini tidak terhenti, semoga.

Penulis adalah Michael Lipo, yang juga anggota JWKS. Tulisan ini didedikasikan bagi kaum muda Katolik yang tertarik untuk hidup membiara.