Search

Perempuan dan Sumber Air

ilustrasi Sumber Air
Sumber air dan permpuan dua hal yang tak terpisahkan, betapa tidak kebutuhan akan ketersediaan air bersih khususnya dalam unit keluarga dimana memang perempuan lebih sering bersinggungan dengan hal ini. Mulai dari kebutuhan untuk memasak, minum, mencuci, sanitasi dan hal-hal pokok lainnya.

Tentu bicara air tentu menjadi kebutuhan semua tanpa memandang jenis kelamin. Namun dalam perspektif masyarakat Indonesia dimana perempuan banyak ditempatkan di sector domestic seperti mengurus rumah, dapur, anak dan lainnya, maka perempuan disadari atau tidak sangat bersinggungan dengan ketersediaan air yang berkualitas.

Namun saat ini banyak akses ke sumber air bersih ini mulai terganggu khususnya di daerah-daerah yang banyak terjadi alih fungsi lahan mulai dari perkebunan monoluktur hingga aktivitas pertambangan baik legal maupun illegal. Daerah-daerah yang dulunya sumber air tercukupi dengan sungai-sungai terdekat dengan kualitas dan kuantitas yang baik saat ini mengalami kesulitan akibat pencemaran.

Tentu hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, bagaimana kebutuhan air yang berkualitas bagi manusia sama pentingnya dengan manusia yang mebutuhkan oksigen. Peran perempuan untuk mendorong kepedulian  menjaga sumber air bersih di ekosistem budaya patriaki tentu menjadi strategi penting untuk penyelamatan sumber-sumber air bersih yang tersisa.

Air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang juga menentukan kondisi kesehatan serta kualitas dari generasi penerus di masa datang. Bagaimana para balita kita harus memiliki asupan air yang bersih tanpa terkontaminasi mercuri dan residu herbisida atau pupuk. Tentu semua mesti berperan karena memaklumi kondisi saat ini tentu berakibat menjadi bom waktu akan budaya acuh.

Perempuan dan sumber air adalah dua komponen yang menjadi salah satu pencipta perubahan tentang kualitas kesehatan bagi generasi penerus. Harus ada yang menggedor “keterlenaan dan memaklumkan keadaan” serta prilaku pragmatis yang mencemari sumber-sumber air bersih. Patutlah peran perempuan bukan hanya untuk stigma sector domestic semata tapi lebih dari itu bagian dari penjaga dan pencipta kualitas kehidupan hari ini dan yang akan datang.
Oleh : Yohanes Suprastha