Search

Pembaca Harus Semakin Cerdas Membedakan Berita yang Memprovokasi

Dewasa ini banyak media menggunakan judul memancing yang terkeren frontal agar para pembaca tertarik untuk membaca artikel (berita) yang mereka buat. Namun hal ini dampak buruknya kini menjadi bahan untuk oknum-oknum yang menggunakan potongan statement tersebut secara lengkap, tetapi hanya menulis statement yang terkesan kontroversial tapi menggunakan statement utuh.

Judul berita kontroversial itu kini sering digunakan oknum untuk menciptakan provokasi di kalangan awam, terutama kalangan pro/kontra. Hal seperti ini jelas berbahaya karena mungkin saja berita tersebut dijadikan media hoax yang menyesatkan. Oleh sebab itu apa syarat penting untuk membaca berita secara utuh dan melakukan cross check sumber berita lain yang dapat dipercaya.

Di era informasi yang kian pesat ini pembaca harus lebih cerdas membedakan berita yang bertujuan memprovokasi. Jangan kita menjadi konsumen yang menelan mentah-mentah apa yang disajikan oleh produsen. 

Berbagai contoh kasus pelanggaran hukum terkait UU ITE diawali kekurang-cerdasan pembaca merespon dari apa yang ia baca. Misalnya kasus pencemaran dan ucapan kebencian terhadap walikota Surabaya yang dilakukan oleh salah satu ibu rumah tangga baru-baru ini, yang berawal dari emosi berlebihan terhadap respon netizen pada idolanya. Akibatnya ia membuat respon dengan status kebencian pada sosok walikota Surabaya yang ia pun tak mengenalnya. Akibatnya hal itu berimbas pada kasus hokum yang menimpanya.  

Masih banyak lagi kasus-kasus lain yang terkait respon pembaca pada berita-berita yang memprovokasi. Tak kalah berbahayanya adalah berita yang pada akhirnya membentuk opini massa di masyarakat dimana memprovokasi serta membelah keharmonisan yang ada. Nah peran pembaca disini sangat penting untuk memilah informasi yang benar atau yang hanya sekedar untuk memprovokasi.

Oleh : P. dedek