Search

Ketika Kesetaraan Gender Masuk dalam Muatan Materi Kursus Persiapan Perkawinan

Foto : Peserta Kursus Perkawinan di Paroki St. Gemma Galgani Ketapang
Dalam lingkup gereja Katolik setiap pasangan muda yang akan melakukan pernikahan harus terlebih dulu mengikuti Kursus Persiapan Perkawinan (KPP). Dibeberapa tempat di Indonesia lamanya kursus ada yang hingga tiga hari. Namun untuk Keuskupan Ketapang khususnya di paroki St. Gemma Galgani kegiatan itu dilangsungkan selama dua hari, yakni Sabtu dan Minggu 9 dan 10 November 2019 lalu.

Materi-materi yang disampaikan pun antara lain Hukum dan Moral Perkawinan Katolik, Komunikasi Keluarga, Keluarga Berencana Alamiah, Psikologi Pria dan Wanita, Reproduksi Manusia dan Sehat Seksualitas, Ekonomi Rumah Tangga, Pendidikan Anak, Liturgi Perkawinan dan Administrasi Gereja serta Pencatatan Sipil. Narasumbernya pun beragam yang disesuaikan dengan penguasaan materinya.

Menariknya dalam materi-materi tersebut juga disisipkan muatan tentang kesetaraan dan keadilan gender. Misalnya bagaimana konsep kesetaraan dan keadilan itu harus dimulai sejak pola pikir. Para calon keluarga muda diajak memahami satu sama lain tentang “konteks kemitraan” dalam keluarga yang saling mengisi dan berbagi.

“Pola asuh anak juga harus betul-betul terlibat secara bersama dimana ayah dan ibu harus saling berperan, termasuk juga pendidikan anak tentang memahami kesetaraan tentang kesempatan misalnya dari sejak usia dini”, ujar ibu Maria Sudiati saat sesi Pendidikan Anak.

Bahakan saat materi seksualitas dan reproduksi dokter Thomas, SPOG yang menjadi narasumber juga menekankan konteks tentang gender. “Kaum laki-laki atau ayah harus memahami betul konteks hidup berkeluarga sebagai buah kesepakatan bersama, bagaimana ketika istri mengalami perubahan fisik setelah melahirkan, melar dan sebagainya itu bagian dari fase yang juga menunjukkan peran suami, nah kesadaran ini harus tumbuh sehingga suami juga tidak boleh mengeluhkan hal itu yang berakibat pada kekerasan gender secara verbal misalnya”, ujar dokter yang aktif dalam kegiatan pendidikan dan penyadaran tentang sehat reproduksi ini.

Leo salah satu peserta pun mengungkapkan hal ini menjadi bekal yang bermanfaat bagi ia dan pasangannya kelak ketika berkeluarga. “Kadang kita tak menyadari apa yang kita ujarkan itu sudah termasuk sebagai kekerasan gender secara verbal, dan konsep kesetaraan serta keadilan mesti betul-betul dipahami secara bersama”, ungkapnya di sela Kursus.

Agustina Clara dari Komisi Keluarga Paroki St. Gemma Galgani menegaskan bagaimana muatan kesetaraan dan keadilan gender juga menjadi perhatian khusus dalam gereja Katolik seperti dalam kegiatan Kursus Persiapan Perkawinan ini. “Kekerasan itu bisa bermacam-macam ya ada verbal, psikis fisik dan lain-lain, dan pelaku serta korban pun mulai dari orang yang terdekat, nah bagaimana konsep keluarga Kristiani harus memahami betul konsep ini dan tentunya mengimplementasikan secara baik, disinilah maka salah satu muatan yang kita sampaikan di setiap materi selalu diselipkan tentang kesetaraan dan keadilan gender”, ujarnya.

Kesetaraan dan keadilan gender menjadi salah satu bahasan penting dalam Sustainable Development Goal’s (SDG) yang dicanangkan oleh PBB. Bagaimana peran dari semua elemen untuk bersama-sama memperjuangkan hal ini contohnya dari lingkup terkecil dan sangat penting yakni keluarga. Tentu kegiatan penyadaran ini harus terus berjalan secara bersinambungan agar betul-betul menjadi kesepakatan dan diimplementasi secara luas sehingga kesetaraan dan keadilan gender dapat terwujud. (Trisna K-JWKS) 
Foto : Agustina Clara dari Komisi Keluarga saat KPP


Foto : RC. Eriyono menyampaikan materi Komunikasi dalam rumah tangga


Foto : Dokter Thomas, SPOG yang membawakan materi Seksualitas dan Sehat Reproduksi

Foto Bersama peserta KPP