Search

Local Service, Global Reach,…71 tahun Memperingati International Credit Union Day


“Tiap bulan Pak Junih seorang difabel tuna netra singgah ke sini untuk menabung, tak lupa ia membawa sayur-sayuran yang ia tawarkan ke kami, interaksi ini berlangsung terus dan semakin meneguhkan kami dalam pelayanan”, ujar Hepi yang petugas Credit Union Pancur Solidaritas (CUPS) di Marau.

“Kami sering menerima masyarakat yang berkonsultasi membawa parang, bahkan senjata lantak, bukan untuk mengancam kami tapi itu bagian dari keseharian dia sebagai petani sambil sesekali berburu”, ungkap Nana Roslana staf CUPS di Nanga Tayap.

“Anggota- anggota kami beraneka ragam, ada yang dari suku Madura, Melayu, Dayak, Jawa dan lainnya. Mereka sangat terbantu karena usahanya terbantu dan terus berkembang bersama CUPS”, ujar Safril yang bertugas di kota Ketapang.

Demikianlah berbagai kisah yang ditemui dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi kerakyatan lewat Credit Union (CU). 71 tahun International Credit Union Day  yang akan diperingati pada Kamis, 17 Oktober 2019 mendatang. CU sendiri hadir di Indonesia  dibawa oleh Albrecht Karim, SJ pada tahun 1958.

CU yang dicetuskan pertama kali oleh Frederich Wilhelm Raiffeisen seorang walikota Flammersfield sebuah kota di Jerman pada tahun 1864 telah menjadi bola salju pergerakan ekonomi. Dengan filosofis people helping people to help themselves atau bagaimana mendorong orang untuk menolong orang lain untuk menolong dirinya sendiri. Makna filosofis ini menjadi pegangan yang diterapkan oleh CU yang tak lekang oleh waktu hingga saat ini.

CU yang berasal dari dua bahasa latin yakni kata credo (percaya) dan unio (kumpulan). Ini mengandung arti CU adalah kumpulan orang-orang yang saling percaya, yang sepakat untuk mengumpulkan uang diantara mereka serta mendistribusikan diantara mereka dengan jasa yang terjangkau dan disepakati secara bersama.  Hal ini menegaskan bagiamana CU adalah kumpulan orang (anggota) bukan kumpulan uang. Uang dipandang sebagai akibat bukan sebab. Hal ini sejalan dengan pemikiran dari Drs. Mohammad Hatta, wakil presiden pertama RI sekaligus pencetus gerakan koperasi di Indonesia.

Kembali ke cerita diatas bagaimana CU berkembang hingga pelosok pedalaman dengan pelayanan yang unik, dekat dan menjangkau masyarakat. Tak salah tema yang dipilih yakni local service, global reach (pelayanan local/sederhana, menjangkau dunia). Bagiamana CU dirasakan membawa dampak perubahan yang besar di masyarakat. Menembus sekat-sekat ras, gender, strata social, pendidikan  untuk tujuan bersama maju dan setara secara ekonomi dan membangun kepedulian bersama.

Di Kalimantan Barat diakui keberadaan CU menjadi salah satu sarana efektif rekonsiliasi sosial lewat ekonomi ketika terjadi konflik etnik. Lewat program penyadaran tentang kesamaan nasib dan kebutuhan untuk bangkit bersama secara ekonomi menjadi perekat relasi masyarakat yang pernah tersekat. Secara sederhana anggota CU diberikan pelatihan bersama serta ketika mengadukan pinjaman mereka membutuhkan dua sampai tiga orang anggota lain untuk menjamin ketika mereka pinjam menjadi formulasi yang tanpa sadar membangun relasi anggota yang berlatar belakang heterogen.

International Credit Union Day menjadi momen memaknai kembali hadirnya gerakan yang saat ini ber-transformasi dengan lima pilarnya yakni pendidikan, swadaya, solidaritas, inovasi dan kesatuan. CU diajak untuk terus peduli dengan semangat pro poor dan pro societas-nya. Benarlah statemen memperingati international Credit Union day kali ini yakni tentang gerakan menolong orang lain. Selamat memperingati 71 tahun international CU day, tetap teguh memberdayakan, semoga. (JWKS)