Foto : Kegiatan Mentoring JWKS |
“Kita harus petakan dulu aspek SWOT-nya dan cash flownya agar radio yang akan kita dirikan itu memiliki dampak dan dapat membiayai operasionalnya”, seru Elias Ngiuk yang juga mantan Komisioner KPID Kalbar dalam kegiatan pertemuan Jurnalis Warga Kayong Solidaritas (JWKS).
Dalam kegiatan bertajuk Mentoring Reguler bulanan yang dilaksanakan pada pertengahan Oktober 2019 ini diikuti 16 anggota JWKS. Berbagai hal khususnya tentang evaluasi kegiatan terkait aktivitas jurnalisme warga didiskusikan. Menariknya salah satu tema yang dimunculkan adalah untuk menghidupkan kembali Radio Komunitas Gema Solidaritas (RGS).
RGS sendiri yang hadir sejak tahun 2005 harus off air ketika terbentur masalah perijinan. Maka atas dorongan dari komunitas ada keinginan untuk menghidupkan rakom yang memiliki moto radio yang beradat, berbudaya dan cinta damai ini.
RGS hadir tahun 2005 bersama belasan Rakom lain di Kalimantan Barat atas inisiasi Institute Dayakology dengan tujuan menebarkan budaya damai. Menggunakan media penyiaran untuk merawat keberagaman adalah satu dari sekian strategi untuk menjaga kebersamaan dan persaudaraan di Kalbar. Tentu bukan tanpa alasan karena Kalbar pernah memiliki riwayat konflik yang panjang.
“Kita rindu untuk menyapa para pendengar kita kembali”, ujar Lipo salah satu penyiar yang mengasuh mata acara lagu daerah. Diskusi mengalir dengan baik dimana berbagai masukan dinotulensikan untuk menjadi dokumen tindak lanjut.
Dalam kegiatan bertajuk Mentoring Reguler bulanan yang dilaksanakan pada pertengahan Oktober 2019 ini diikuti 16 anggota JWKS. Berbagai hal khususnya tentang evaluasi kegiatan terkait aktivitas jurnalisme warga didiskusikan. Menariknya salah satu tema yang dimunculkan adalah untuk menghidupkan kembali Radio Komunitas Gema Solidaritas (RGS).
RGS sendiri yang hadir sejak tahun 2005 harus off air ketika terbentur masalah perijinan. Maka atas dorongan dari komunitas ada keinginan untuk menghidupkan rakom yang memiliki moto radio yang beradat, berbudaya dan cinta damai ini.
RGS hadir tahun 2005 bersama belasan Rakom lain di Kalimantan Barat atas inisiasi Institute Dayakology dengan tujuan menebarkan budaya damai. Menggunakan media penyiaran untuk merawat keberagaman adalah satu dari sekian strategi untuk menjaga kebersamaan dan persaudaraan di Kalbar. Tentu bukan tanpa alasan karena Kalbar pernah memiliki riwayat konflik yang panjang.
“Kita rindu untuk menyapa para pendengar kita kembali”, ujar Lipo salah satu penyiar yang mengasuh mata acara lagu daerah. Diskusi mengalir dengan baik dimana berbagai masukan dinotulensikan untuk menjadi dokumen tindak lanjut.
Pada kesempatan itu juga menjadi ajang nostalgia bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucu dan menarik dari tiap-tiap penyiar. Kehangatan para sukarelawan yang memiliki semangat pemberdayaan itu masih sangat kental terlihat. Semoga saja rencana untuk membuat RGS dapat mengudara kembali segera terealisasi. (Andika-JWKS)
Foto Bersama peserta mentoring |
Elias Ngiuk salah satu narasumber mentoring |