Search

Pisang Berpagar Babi Belepas

Foto : Pisang yang sengaja dipagar agar tak diganggu hewan/ternak

Itulah postingan menggelitik di beranda FB milik Agustinus Alibata, salah seorang tokoh pemberdayaan ekonomi kerakyatan di Kalbar. Ungkapan itu cukup satir menggelitik kebiasaan yang telah lama dilakukan di kampung-kampung pedalaman di Ketapang, walau tak semua.

Masih banyak kampung-kampung dengan pola peternakan warga yang membiarkan hewan peliharaannya dilepas dimana hewan tersebut dibiarkan mencari makan sendiri. Akibatnya adalah imbas ke lingkungan khususnya sulitnya bercocok tanam disekitar pekarangan.

Saat lahan masih luas warga biasanya menaruh hewan ternaknya di dohas, yakni sebuah kawasan khusus untuk beternak dan bercocok tanam. Namun dengan semakin sempitnya lahan maka mereka pun memelihara ternak di dalam kampung atau sekitar pekarangan rumah.

Kembali ke postingan dari Alibata yang merupakan fakta di lapangan yang banyak dijumpai. Menurutnya tehnik beternak babi yang lazim adalah babi dikandang. Tapi kali ini pisangnya yang dikandang supaya tak dihabisi babi, dan babinya dibiarkan bebas berkeliaran.

Masih menurutnya babi adalah salah satu peternakan yang sangan menjanjikan untuk menunjang ketahanan ekonomi keluarga. Hanya saja model peternakannya harus dibuat lebih tertata sehingga menimbulkan dampak ekonomi yang lebih signifikan.

Ia pun menawarkan 4 model revolusi ternak babi adalah yakni
1.    Babi dilepas menjadi babi dikandang
2.    Kandang besar menjadi kandang tunggal
3.    Pakan didalam menjadi pakan di luar
4.    Pakan dimasak menjadi pakan fermentasi

Bila 4 konsep itu dilakukan dan menjadi konsesi bersama para warga maka dipastikan, ekonomi dan produktivitas warga dapat lebih meningkat. Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam sementara hewan yang dikandangkan akan lebih maksimal perkembangannya sehingga memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Hal ini dapat dilakukan bila ada keinginan yang kuat dari warganya. Dapat pula dikuatkan dengan aturan-aturan adat sebagai penjaga keharmonisan lewat kearifan lokalnya.(Har-JWKS)