Search

Merekam Jejak Kearifan Lokal Masyarakat Cadangan

Pak Sanan dan Kebunnya

Aktivitas membuat film dokumenter di Cadangan

Pak Sanan dan Istrinya

“Masyarakat Dayak Cadangan menggunakan Belantik Dilang, Belantik Turau, Hehanjak, Aunggat, Penjara Berok, Bubu Labuh, Turau Kebonat, Tolong, Togak dan bermacam alat penjerat lainnya untuk menjaga ladang dari hama binatang pengganggu seperti burung, tikus, beruk dan kera”, ujar Daniel Sanan bersemangat.

Ya, hari itu Rabu, 12 Oktober 2018 JW Kayong Solidaritas berkesempatan mengunjungi masyarakat Cadangan di Kecamatan Sungai Melayu yang dapat ditempuh sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Ketapang. Sampai disana kami disambut Daniel Sanan (65 tahun) yang pada bulan sebelumnya memang mengajak kami menggali kearifan lokal sistem pertanian di masyarakat Cadangan.

Masyarakat Dayak pada umumnya memang lekat dengan pertanian ladang dengan menanam jenis padi ladang serta tanaman hortikultura lainnya. Untuk mengatasi masalah gangguan binatang yang sering merusak tanaman, mereka membuat berbagai penjerat/jebakan dengan bahan baku kayu, akar ataupun rotan. Bila ditelisik lebih jauh teknis rangkaian mekanis dari jebakan itu dari umpan sampai binatang terjerat memang menggambarkan kemampuan masyarakat tradisional dulu berpikir sistematis.

“Hal ini sudah jarang dilakukan lagi karena sekarang sudah banyak pakai racun dan sebagainya, anak-anak kita yang lahir ditahun 1990 ke atas sudah tak mengenal akan alat-alat ini”, Ujar pak Bagundan salah satu tokoh mayarakat.

Pembuatan film dokumentasi pendek diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi generasi muda tentang tata cara dan cara hidup pendahulu mereka. “Kita bersinergi bersama untuk mengingatkan generasi muda kita tentang kehidupan para pendahulu kita yang kaya akan kearifan local”, ujar Noman Kornelius dari CUPS yang juga menggagas pembuatan film pendek ini.

Menariknya setelah kegiatan, masyarakat melakukan adat begendang sebagai ungkapan syukur atas kegiatan yang dilaksanakan pada hari itu. “Ini tepat 25 tahun masyarakat Cadangan meninggalkan kampung laman mengikuti pola transmigrasi, harapan kita hari ini kita pulang ke kampung membuat inisiatif sebagai bagian sejarah kampung Cadangan”, pungkas Duyau yang juga pengurus adat masyarakat adat Dayak Cadangan.

Semoga dengan inisiatif dan sinergis serta kepedulian bersama lewat pembuatan film documenter ini menjadi bagian upaya revitalisasi terhadap budaya dan kearifan lokal dari masyarakat adat yang ada, semoga. (JWKS)

0 Komentar