Search

Kelompok Peternak Lebah Madu, Buah Dari Pemberdayaan Berbasis Gender




Foto Bersama Peserta Workshop Kelompok Peternak Lebah Madu

L. Sikat, Kadis Pertanian Kab. Ketapang menyampaikan motivasi

N. Maran memberikan cinderamata pada bapak Didi dari Deperindagkop
 “Peternak Lebah Madu harus menjaga kualitas madunya agar memiliki branding yang baik”, seru L. Sikat yang juga Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Ketapang saat menyampaikan motivasi dalam kegiatan workshop kelompok peternak lebah madu pada hari Kamis, 06 Desember 2018.

Dalam kegiatan itu hadir juga dari pihak-pihak yang nantinya akan bersinergi membantu dalam pemasaran hasil madu yang diproduksi kelompok. Diantaranya ada dari Dinas Deperindagkop, Dinas Pertanian, 12 Kantor cabang CU. Pancur Solidaritas (CUPS), Koperasi Prima Best dan beberapa pihak terkait lainnya.

Berawal dari Pemberdayaan Berbasis Gender
Kegiatan ini sendiri adalah hasil inisiasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya dimana awalnya dilakukan pelatihan berbasis gender yakni pelatihan kewirausahaan ibu-ibu. Bukan tanpa alasan Dusun Silingan Sukaria terletak di daerah dimana investasi perusahaan multinasional berada, namun kondisi SDM masyarakatnya masih sangat memprihatinkan. Belum banyak tenaga kerja yang menyerap SDM lokal disana dengan alasan kualitas pendidikan yang belum memadai.

Hal itu pulalah yang mendorong CUPS menginisiasi kegiatan wirausaha ekonomi kreatif berbasis potensi lokal. Tahap pertama yang dilaksanakan yakni pelatihan kewirausahaan ibu-ibu dimana materinya mengenai membuat produk olahan makanan berbahan dasar sumber pangan lokal yang banyak tersedia di sekitar dusun. Namun materi itu juga diselingi dengan penguatan kapasitas dan penguatan pola pikir pentingnya berwirausaha. Menariknya dilakukan juga provokasi positif   yakni bagaimana mendorong kaum perempuan untuk mempengaruhi kaum prianya agar berwirausaha dengan memaksimalkan potensi alam yang ada.

Tahap berikutnya adalah mengendapkan ide itu dalam keluarga dimana kaum ibu bertukar pikiran dengan suami dan keluarga untuk memaksimalkan usaha keluarga yang pada akhirnya dapat menjadi tambahan untuk membiayai anak sekolah.


Setelah melewati tahapan tersebut kaum prianya juga dilakukan pertemuan dan penguatan kapasitas dimana di sesi akhir disepakati membentuk kelompok peternak lebah sebagai potensi ekonomi tambahan selain pekerjaan inti yakni petani ataupun karyawan perusahaan.

Tahap Merealisasikan Ide Wirausaha
Kelompok peternak lebah itu disebut Kelompok Silingan Sukaria Solidaritas (3 S) yang memiliki arti warga Silingan Sukaria yang membangun solidaritas bersama. Solidaritas sendiri sebenarnya mengacu pada CU. Pancur Solidaritas. setelah kelompok terbentuk maka mulailah usaha itu dirintis dengan mulai mem-packaging tampilan produk madu yang dijual jauh lebih baik.

Menariknya hasil penjualan juga disishkan dalam kas kelompok yang ditujukan untuk biaya konservasi lingkungan dengan menanam bunga yang menjadi sumber pokok bagi pakan lebah. Tentu hal ini didasri juga dengan semangat wirausaha yang berkelanjutan dan berbasis lingkungan.

Menggali dukungan Stake Holder
Berikutnya tahap yang harus dikerjakan adalah bagaimana membangun hubungan dan dukungan dengan stake holder terkait. Workshop yang dihadiri unsur pemerintah dan pihak yang mendukung menjadi pilihannya.

“Label harus informatif, misalnya ini madu hasil masyarakat Silingan-Sukaria yang menanam durian lokal, jadi nektarnya dari bunga durian”, ujar Didi dari Deperindagkop. Pada kesempatan itu Maran yang juga ketua kelompok mencetuskan nama kelompok peternak mereka. “Silingan Sukaria Solidaritas atau tiga S nama kelompoknya gabungan 3 unsur masyarakat Silingan, masyarakat Sukaria dan CU. Pancur Solidaritas”, ungkapnya sambil tersenyum.

Ada 29 orang hadir pada kegiatan yang dilaksanakan di gedung CUPS kali ini. Rencana tindak lanjut dari kegiatan kali ini adalah pengadaan kemasan dan label bagi kelompok peternak lebah. Nantinya dari keuntungan penjualan disepakati 10% kembali ke kas kelompok yang digunakan untuk menanam bunga di kawasan Sukaria dan Silingan.

“Nantinya potensi yang akan kita gali adalah potensi wisata yang saling tersinergi, wisata pantai dilanjutkan wisata bukit, wisata taman bunga, wisata air bersih dan pulangnya beli madu hasil peternakan warga, itu mimpinya”, pungkas Rafik yang juga pimpinan Kantor Cabang CUPS Kendawangan.

Kegiatan workshop ini memang menjadi pondasi awal untuk action berikutnya. Demikianlah pemberdayaan dapat dimulai dari pemikiran-pemikiran kaum perempuan yang diharapkan dapat mengubah wajah dusun Silingan-Sukaria.

Membuat cerita perubahan dari sebuah dusun tentu bukanlah sebuah hal yang mudah. Dimulai dari menggali gagasan dan menjadikan pelatihan gender sebagai alat yang menjembatani ide dalam keluarga adalah hal yang dilakukan dengan keunikan tersendiri. Perempuan dapat menjadi pintu masuk dari program pemberdayaan dalam keluarga yang memiliki efek domino positif.

Kewirausahaan tumbuh, ekonomi keluarga akan meningkat. Ekonomi keluarga meningkat maka kesempatan anak untuk menempuh pendidikan juga meningkat. Kapasitas SDM meningkat dengan kualitas pendidikan warga maka terbuka kesempatan kerja yang luas dan setara bagi warga. Bibit pemberdayaan yang disemai itu terus dijaga dan dirawat sehingga nantinya dapat berbunga dan berbuah, yakni kesejahteraan bersama, semoga!. Tonton film dokumenternya Madu Harapan di https://www.youtube.com/watch?v=YObM20sroO4  (VD. Irwin-JWKS)
#PRAJA#koperasi#koperasidigital#wirausaha