Search

Ketapang sambut Musim Durian




Alam yang terjaga dengan baik tentu memberi manfaat yang baik pula. Mungkin hal ini dapat menggambarkan apa yang masih dapat dirasakan oleh masyarakat Ketapang saat ini, yakni makan Durian!.
Pada penghujung Juni  sampai awal Agustus  tahun 2018 ini masyarakat Ketapang akan menikmati buah durian yang datang dari berbagai wilayah dan tentunya dengan cita rasa khasnya masing-masing. Untuk saat ini kota Ketapang dibanjiri buah dari wilayah Jelai Hulu, Sungai Melayu, Laman Satong dan daerah Kabupaten Kayong Utara.
Harganya pun bervariasi dari harga Rp. 20.000,- hingga Rp. 75.000,- per buah. “Ini yang dinamakan hidup pas-pasan, pas piala Dunia pas musim durian pula”, ujar Firdaus salah satu pembeli sambil tergelak. Ia terlihat siap membayar untuk 5 buah durian pilihannya yang dari pengakuan penjualnya dari daerah Pampang Seribu. “Kalo dari Pampang Seribu boleh dicobelah, tak ada duaknye”, ungkap Amir salah satu penjual yang mangkal di Simpang Empat RS. Agoesdjam dengan logat Melayu yang kental.
Ada beberapa titik lapak para penjual buah dengan nama latin Durio Zibhetenus Sp ini. Diantaranya di Simpang Kauman, Simpang Pasar Kampung Kaum, kawasan Simpang Lima, kawasan Taman Makam Pahlawan, Kawasan Sepakat dan Kawasan Simpang Empat RS. Agoesdjam. Namun bukan hanya di kawasan yang disebutkan diatas saja, saat ini dibeberapa ruas jalan protokol para pedagang Durian juga sering mangkal bahkan ada yang keliling komplek menggunakan kendaraan bermotor.
Untuk di Ketapang buah Durian sendiri masih didapat dari alam (hutan tembawang) belum terlalu banyak yang mengebunkan secara konvensional. Bahkan untuk kawasan Taman Nasional Gunung Palung yang terletak di dua Kabupaten yakni Ketapang dan Kayong Utara, Durian masih menjadi primadona yang dapat dimanfaatkan masyarakat karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Namun diakui keberadaan durian juga sudah semakin berkurang saat ini tentu ada beberapa penyebab diantaranya keberadaan pohon durian semakin sedikit karena banyak yang sudah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan. Selain itu belum terlalu ada usaha untuk menjadikan durian sebagai komoditi unggulan misalnya dengan kontes-kontes Durian lokal seperti yang dilakukan beberapa daerah di Indonesia. Tentu hal ini mesti di dorong agar makin banyak terlahir varietas Durian-durian lokal yang dapat menjadi ikon Ketapang.
Durian memang buah yang selalu dirindukan oleh masyarakat Ketapang. Ini bukan hanya bercerita tentang rasa namun banyak aspek yang dapat dijumpai. Selain ekonomi tentu saja interaksi sosial menjadi salah satu keunikan yang didapat dari adanya buah yang juga bahan baku makanan Lempok dan Tempoyak ini.
Kepedulian kita untuk menjaga dan men-support agar durian tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang adalah hal yang mesti menjadi perhatian kita bersama. Selamat menyambut musim Durian. (JWKS)

0 Komentar