Search

Harapan dari Lembar-Lembar Atap Daun Nipah.


Cuaca siang itu cukup cerah, matahari pun bersinar dengan kekuatan penuh. Hal tersebut tak menghalangi warga untuk melakukan aktivitas ekonominya. Tanpa kecuali ibu Ira (46 tahun) yang terlihat sedang keasyikannya beraktivitas dibawah rumpun bambu betung yang kebetulan tumbuh di tepian sungai Pawan, sungaui terpanjang di Kabupaten Ketapang. 

Tangan terampil ibu Ira  terlihat begitu cekatan menganyam tali yang terbuat dari bambu untuk mengikat helaian daun nipah dengan bilah bambu sebagai tulangnya. Ia merupakan satu dari sekian perajin atap daun nipah yang ada di Ketapang. Ia sendiri mengaku tinggal di kampung Padang tak jauh dari tempatnya beraktivitas yang merupakan bagian dari Kampung Arab. Memang wilayah tepian sungai ini dihuni berbagai komunitas warga jadi tak salah kadang namanya pun menggambarkan latar belakang warganya mulai dari kampong Kaum, Kampung Padang, Kampung Banjar, Kampung Arab dan kampong-kampung lainnya.

“Saya sejak gadis hingga bekeluarga dan beranak 2 tetap menekuni usaha ini, sekalian membantu suami yang bekerja sebagai nelayan”, ujarnya sambil tetap beraktivitas. Ia sendiri memiliki dua anak dimana yang tua telah tamat SMA sementara satunya masih SD.

Dalam 1 bulan ia mengaku bisa menghasilkan ratusan lembar atap daun berbahan baku daun nipah ini. “Harga jual Rp. 3.500 per lembar, orang beli biasenye untuk atap rumah, kandang atau kios, maseh mah peminatnye”, ungkapnya dengan logat Madura bercampur Melayu.

Memang atap nipah memiliki beberapa kelebihan diantaranya harganya yang murah serta suhu ruangan yang menggunakan atap ini relatife lebih sejuk. Namun karena bahan dasarnya bahan alami maka daya tahannya pun tidak lama serta rentan pada ancaman api. Maka tiap beberapa tahun sekali atap tersebut perlu diperbaharui.

Dahulu masih banyak rumah-rumah yang menggunakan atap daun. Dalam perkembangannya atap daun bergeser ke atap sirap (irisan kayu ulin), seng, genteng tanah liat hingga saat ini genteng metal. Hal ini tentu sekaligus menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi sebuah daerah. Walau zaman telah bergeser atap daun nipah masih ada peminatnya. Biasanya mereka menggunakan untuk kebutuhan-kebutuhan bangunan yang tidak permanen.

Sinar matahari terlihat samar menembus kanopi rumpun bambu jatuh di tumpukan atap daun yang telah dibuat ibu Ira. Tumpukan itu adalah tumpukan harapan bagi ia dan keluarganya. Harapan yang dapat menggerakkan roda ekonomi bagi keluarga ini. Senyumnya pun sumringah takkala pembeli menghampirinya untuk membeli atap daun hasil jerih payahnya itu. Senyum optimis dari sang pengrajin atap daun nipah. (JWKS)

0 Komentar