Search

“SENYUMKU ADALAH TOLERANSIKU” (MENJAHIT KEMBALI BENANG-BENANG TOLERANSI) Oleh : Franciska Yesianti Kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Ketapang

Indonesia…negeriku yang yang sudah berdiri kokoh selama hampir 73 tahun, kini terancam oleh maraknya perilaku intoleransi yang kerap terjadi ditengah-tengah kita ataupun terjadi di daerah lain atau bahkan dinegara lain yang membuat hati kita menangis. Mungkin Ibu Pertiwi juga akan menangis melihat Toleransi sebagai salah satu semangat yang sudah mengakar dan mandarah daging dalam dalam setiap tetes darah ini perlahan-lahan mulai terkikis oleh sifat egois dan keserakahan nafsu manusia atau bahkan dipergunakan demi kepentingan segelintir orang. Namun berakibat pada rusaknya tatanan moralitas dan hancurnya kesantunan yang diwariskan oleh nenek moyang pendahulu kita. Sekali lagi saya ingin mengataan bahwa sejujurnya Indonesia ini, negeri yang kucintai ini sangatlah negeri yang menjunjung tinggi semangat toleransi. Sejak Sekolah Dasar, guru-guruku mengajarkan bahwa di Indonesia ada 5 agama dan sekarang bertambah dengan  diakuinya Konghucu sebagai keyakinan. Beragam agama dengan rasa damai yang kita nikmati sejak dahulu rasanya sudah kuat menunjukkan bahwa negeri ini adalah bangsa yang sangat menjunjung tinggi toleransi.
Mungkin harus dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang tidak hanya menjamin kebebasan beragama, tetapi juga ikut merayakan kebebasan tersebut dalam bentuk kebijakan negara yang menghormati agama-agama. Apa yang bisa dipelajari dari berbagai kesantunan dalam keragaman tersebut? Toleransi adalah sebuah kunci utama merawat perbedaan. Keragaman telah mendorong bangsa ini untuk saling bertemu, saling mengenal, saling menyapa dan menghargai. Perbedaan menyediakan ruang yang membuka mata wawasan dan pengetahuan melalui pintu dialog. Dan masyarakat Indonesia telah membuktikan sebagai masyarakat yang telah dewasa dala menghargai perbedaan. Negara Indonesia telah membuktikan diri sebagai negara dengan keragaman keagamaan yang harmonis. Inilah yang patut kita syukuri bersama sebagai sebuah bangsa beragam tetapi mengedepankan semangat keagamaan yang toleran. Apa yang kita cari dengan menyatukan satu keyakinan dan pandangan tetapi selalu diselimuti konflik dan peperangan? Apa yang bisa kita banggakan dengan satu dasar agama tetapi tidak menjamin umat beragama untuk beribadah dengan tenang, nyaman dan damai?
            Cobalah kita lihat banyak sekali Hari Libur Nasional kita yang berbasiskan keagamaan. Bahkan tidak hanya untuk hari raya umat beragama, tetapi momen-momen penting keagamaan lainnya juga diperingati sebagai momen penting nasional. Pada tahun ini, misalnya, tanggal 5 Mei akan diperingati hari Kenaikan Isa Al-Masih. Berturut setelahnya, tanggal 6 Mei akan diperingati momentum Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. Selang beberapa minggu berikutnya akan diperingati Hari Raya Waisak 2560, tepatnya tanggal 22 Mei. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia merupakan negara paling harmonis sekaligus sangat respek terhadap keragaman keagamaan. Seluruh agama mendapatkan porsi yang sama dengan jaminan kebebasan yang sama. Masihkan kita ingin merusak semangat toleransi yang sudah diwariskan dalam setiap tetes darah yang mengalir ini dengan merusaknya dengan sesuatu yang dikatakan dengan istilah “intoleransi”? haruskah kita menumpahkan lagi air mata Ibu Pertiwi dan para pendiri bangsa ini dengan sikap-sikap inteloransi? Jangan! Negeri ini terlalu indah untuk dirusak. Negeri ini terlalu cantik untuk koyak. Negeri ini terlalu damai untuk diporak porandakan. Negeri ini terlalu harum untuk dibinasakan dengan ulah manusia yang tamak dan serakah.
Sebagai seorang pelajar, memang tidak banyak yang dapat saya berikan untuk menunjukkan otoleransi,namun hal-hal kecil sangat dapat kita lakukan seperti tersenyum dan ramah kepada sesama walaupun mereka berbeda agama, suku dan bahasa dengan kita. Mendorong motor yang kita kendarai dsaat melewati tempat ibadat, walaupun saya tidak berpuasa tapi saya menghormati teman satu kelas saya yang berpuasa dengan tidak sembarangan makan dihadapan mereka, menghadiri acara ulang tahun teman saya yang berbeda agama dan disaat berdoa saya berdoa untuknya dengan cara saya sendiri. Saya berharap dengan hal kecil yang kita lakukan dapat perlahan-lahan mampu menjahit kembali robeknya benang-benang toleransi di negeri ini, khususnya di Ketapang kota tercinta ini.
#mariciptakankedamaian
#maritingkatkantoleransi
 

0 Komentar